Pamekasan-TQ Media- Di era digital yang serba cepat ini, kehadiran media—baik itu media sosial, media daring, maupun media tradisional—telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Dalam konteks ini, santri, sebagai kelompok pelajar yang mengenyam pendidikan agama di pesantren, juga tidak bisa lepas dari pengaruh media. Namun, interaksi santri dengan media bukan hanya sekedar konsumsi pasif; ini adalah medan tantangan sekaligus peluang yang harus dihadapi dengan bijak.
Pesantren, yang sejak lama dikenal sebagai lembaga pendidikan yang menanamkan nilai-nilai keagamaan dan moral yang kuat, memiliki tugas besar dalam membekali para santri dengan kemampuan literasi media. Di satu sisi, media bisa menjadi sarana efektif untuk menyebarkan dakwah dan nilai-nilai positif. Namun di sisi lain, media juga penuh dengan informasi yang bisa menyesatkan atau bertentangan dengan ajaran agama jika tidak disaring dengan baik.
Tantangan terbesar bagi santri adalah kemampuan untuk memilah dan memilih informasi yang mereka konsumsi. Di tengah banjir informasi, kemampuan kritis untuk menentukan mana informasi yang valid dan mana yang sekadar hoaks menjadi sangat penting. Tanpa bekal literasi media yang memadai, santri bisa terjebak dalam arus informasi yang menyesatkan, yang pada akhirnya bisa mengganggu pemahaman mereka terhadap ajaran agama yang sebenarnya.
Namun, media juga menawarkan peluang besar bagi santri. Dengan pemanfaatan media yang tepat, santri bisa menjadi agen perubahan yang positif di masyarakat. Mereka dapat menggunakan media sosial untuk menyebarkan konten-konten yang bermanfaat, seperti kajian keagamaan, diskusi intelektual, dan gerakan sosial yang membawa kebaikan. Selain itu, media juga bisa menjadi wadah bagi santri untuk berbagi pemikiran dan pandangan mereka tentang berbagai isu, baik yang bersifat lokal maupun global.
Dalam menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang ini, peran pesantren sebagai lembaga pendidikan sangat krusial. Pesantren harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dengan memberikan pendidikan literasi media yang seimbang kepada para santri. Pendidikan ini tidak hanya melibatkan kemampuan teknis dalam menggunakan media, tetapi juga mencakup pemahaman etika dalam bermedia, serta penanaman nilai-nilai kritis yang kuat.
Kesimpulannya, santri dan media adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan di era digital ini. Dengan pembekalan yang tepat, santri bisa menjadi pengguna media yang cerdas, yang tidak hanya konsumtif tetapi juga produktif. Mereka dapat berperan aktif dalam menyebarkan kebaikan dan nilai-nilai positif, serta menjadi garda terdepan dalam melawan arus informasi yang menyesatkan. Pesantren, sebagai rumah besar bagi para santri, harus terus berinovasi dan memberikan pendidikan yang relevan dengan zaman, agar para santri siap menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada di dunia media.
0 Response to "Santri dan Media: Tantangan dan Peluang di Era Digital"
Posting Komentar